Selasa, 07 April 2009

karakteristik filsafat

BAB I

PENDAHULUAN

Filsafat adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia kritis. Filsafat adalah induk ilmu pengetahuan. Filsafat disebut dengan induk ilmu pengetahuan karena memang filsafatlah yang telah melahirkan segala ilmu pengetahuan yang ada. Kehadirannya yang terus menerus di sepanjang peradaban manusia telah memberi kesaksian yang meyakinkan tentang betapa pentingnya filsafat bagi manusia.

Filsafat disebut sebagai suatu ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial, artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan justru filsafatlah yang jadi motor penggerak kehidupan kita sehari-hari baik sebagai manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk sesuatu masyarakat atau bangsa.

Untuk itu sebagai manusia yang haus akan mencari kebenaran, perlu bahwasannya untuk mengetahui lebih jelas tentang filsafat. Berikut adalah pembahasan mengenai ciri-ciri filsafat dan pembagiannya. Bagaimanakah sifat filsafat itu sebenarnya, dan apa yang menjadi ciri umum dalam filsafat. Dalam pembahasan kali ini dimohonkan agar pembaca mengetahui tentang berapa pentingnya belajar filsafat dan mengetahui bagaimanakah filsafat itu sebenarnya yang dijelaskan menrut ciri-cirinya dan beberapa pembagiannya.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Filsafat

Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir filsafat mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku menjelaskan cirri-ciri berfikir filsafat dengan bermacam-macam pula. Tidak lain diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Konsepsional

Perenungan filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagian konsepsional. Konsepsi (rencana) merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi satu.[1]

Filsafat merupakan pemikiran tentang hal-hal serta proses dalam hubungan umum. Diantara proses-proses yang dibicarakan ini dalam pemikiran itu sendiri.

2. Koheren

Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan yang koheren yang konsepsional[2]. Secara singkat istilah kohern ialah runtut. Bagan konsepsional yang merupakan hasil perenungan kefilsafatan haruslah bersifat runtut.

Dalam arti lain koheren bisa juga dikatakan berfikir sistematis, artinya berfikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran. Dengan urutan yang bertanggung jawab dan saling hubungan yang teratur.[3] Secara singkat, kohern berarti berfilsafat yang berusaha menyusun suatu bagan secara runtut

3. Memuburu kebenaran

Filsuf adalah pemburu kebenaran, kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang segala sesuatu.[4]

Kebenaran filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti. Kebenaran yang baru ditemukan itu juga terbuka untuk dipersoalkan kembali demi menemukan kebenaran yang lebih meyakinkan.

4. Radikal

Berfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berfikir secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berfikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga ia pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya sendiri.[5] .

Telah jelas bahwa artinya berfikir radikal bisa diartikan berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak setengah-setengah, tidak berhenti di jalan tetap terus sampai ke ujungnya.

Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau menjungkirbalikkkan segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu berfikir secara mendalam. Untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan. Berfikir radikal justru hendak memperjelas realitas.

5. Rasional

Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bahan konsepsional yang bersifat rasional.[6] Yang dimaksudkan dengan bagan konsepsionl yang bersifat rasional ialah bagan yang bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain.

Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan kritis berpikir logis adalah bukan hanya sekedar menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat, melainkan agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan.

Berpikir logis yang menuntut pemikiran yang sistematis. Pemikiran yang sistematis ialah rangkaian pemikiran yang berhubungan satu sama lain atau saling berkaitan secara logis.

Berfikir kritis berarti membakar kemampuan untuk terus menerus mengevaluasi argument-argumen yang mengklaim diri benar. Seorang yang berpikir kritis tidak akan mudah menggenggam suatu kebenaran sebelum kebenaran itu dipersoalkan dan benar-benar diuji terlebih dahulu. Berpikir logis, sistematis - kritis adalah ciri utama berfikir rasional.

6. Menyeluruh

Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang memadai untuk dunia tempat kita hidup maupun diri kita sendiri.[7] Suatu sistem filsafat harus bersifat komprehensif, dalam arti tidak ada sesuatu pun yang berada di luar jangkauannya jika tidak demikian, filsafat akan ditolak serta dikatakan berat sebelah dan tidak memadai.

Berfikir universal tidak berpikir khusus, terbatas pad bagian-bagian tertentu, namun mencakup secara keseluruhan. Berpikir filsafat harus dapat menyerap secara keseluruhan apa yang ada pada alam semesta, tidak terpotong-potong.

Pemikiran yang tidak hanya berdasarkan pada fakta yaitu tidak sampai kesimpulan khusus tetapi sampai pada kesimpulan yang paling umum[8]. Sampai kepada kesimpulan yang paling umum bagi seluruh umat manusia di manapun kapanpun dan dalam keadaan apapun.

B. Pembagian filsafat

Pada tahap awal kelahiran filsafat apa yang disebut filsafat itu sesungguhnya mencakup seluruh ilmu pengetahuan kemudian filsafat itu berkembang sedemikian rupa menjadi semakin rasional dan semakin luas dan bertambah banyak, tetapi juga semakin mengkhusus. Lalu lahirlah berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang satu persatu mulai memisahkan diri dari filsafat.

Bidang-bidang studi filsafat juga disebut sebagai cabang-cabang filsafat pembagian bidang-bidang studi atau cabang-cabang filsafat, sejak kelahirannya hingga pada masa kini, tidak pernah sama kendati itu tidak berarti sama sekali berbeda. Jika disimak dengan cermat, sesungguhnya isi setiap cabang filsafat itu senantiasa memiliki kesamaan satu sama lain.

  1. Aristoteles

Aristoteles membagi filsafat ke dalam tiga bidang studi sebagai berikut:

1. Filsafat Spekulatif atau Teoritis

Filsafat spekulatif atau teoritis bersifat objektif. Termasuk dalam bidang ini ialah fisika, metafisika, biopsikologi dan sebagainya. Tujuan utama filsafat spekulatif ialah pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri.

2. Filsafat Praktika

Filsafat praktika memberi petunjuk dan pedoman bagi tingkah laku manusia yang baik dan sebagaimana mestinya. Termasuk dalam bidang ini ialah etika dan politik. Sasaran terpenting bagi filsafat praktika ialah membentuk sikap dan perilaku yang akan memampukan manusia untuk bertindak dalam terang pengetahuan itu.

3. Filsafat Produktif

Filsafat produktif ialah pengetahuan yang membimbing dan menuntun manusia menjadi produktif lewat suatu keterampilan khusus. Termasuk dalam bidang ini ialah kritik sastra, retorika dan estetika. Adapun sasaran utama yang hendak dicapai lewat filsafat ini ialah agar manusia sanggup menghasilkan sesuatu, baik secara teknis maupun secara puitis dalam terang pengetahuan yang benar.

  1. Christian Wolff (1679-1754)

Christian seorang filsuf rasionalis Jerman pengikut Leibniz, membagi filsafat ke dalam cabang-cabang berikut:

1. Logika

2. Ontologi

3. Kosmologi

4. Psikologi

5. Teologi Naturalis

6. Etika

  1. Will Durant

Dalam bukunya yang berjudul The Story of Philosophy yang diterbitkan sejak tahun 1926, mengemukakan lima bidang studi filsafat sebagai berikut:

1. Logika : Logika adalah studi tentang metode berpikir dan metode penelitian ideal yang terdiri dari observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan eksperimen, analisis dan sintesis, dan sebagainya.

2. Estetika : Estetika adalah studi tentang bentuk ideal dan keindahan. Estetika disebut juga sebagai filsafat seni.

3. Etika : Etika adalah studi tentang perilaku yang ideal.

4. Politika : Politika adalah studi tentang organisasi sosial yang ideal, yaitu monarki, aristokrasi, demokrasi, sosialisme, anarkisme, dan sebagainya.

5. Metafisika : Metafisika terdiri dari ontology, filsafat psikologi dan epistemologi.

  1. Plato

Plato membedakan filsafat atas tiga bagian sebagai berikut:

1. Dialektika : Tentang idea-idea atau pengertian-pengertian umum.

2. Fisika : Tentang dunia materiil.

3. Etika : Tentang kebaikan.

  1. Penulis ENSIE (Eerste Nederlands Systematich Ingeriche Encyclopedia)

Membagi filsafat ke dalam sepuluh cabang sebagai berikut:

1. Metafisika 6. Filsafat Kultural

2. Logika 7. Filsafat Sejarah

3. Epistemologi 8. Estetika

4. Filsafat ilmu 9. Etika

5. Filsafat Naturalis 10. Filsafat Manusia

  1. The World University Encyclopedia

Membagi filsafat ke alam cabang-cabang sebagai berikut:

1. Sejarah filsafat

2. Metafisika

3. Epistemologi

4. Logika

5. Etika

6. Estetika


BAB III

KESIMPULAN

Dalam pembahasan untuk mencari apakah karakteristik atau ciri-ciri filsafat tersebut maka dapat disimpulkan bagaimanakah ciri-ciri filsafat. Berfikir filsafat mempunyai ciri-ciri yang telah dijelaskan dalam pembahasan tersebut yaitu: konsepsional koheren, memburuk kebenaran, radikal, rasional serta menyeluruh.

Keenam ciri-ciri tersebut saling berkaitan atau saling terkait dalam berfikir filsafat. Dan pada intinya berfikir filsafat adalah mengejar kejelasan berarti harus berjuang dengan gigih untuk mengeliminasi segala sesuatu yang tidak jelas, yang kabur, dan yang gelap, bahkan juga serta rahasia dan berupa teka-teki. Tanpa kejelasan, filsafat pun akan menjadi yang mistik, serba rahasia, kabur, gelap dan tak mungkin dapat menggapai kebenaran. Jelas terlihat bahwa berfilsafat sesungguhnya merupakan suatu perjuangan untuk mendapatkan suatu perjuangan untuk mendapatkan kejelasan pengertian dan kejelasan seluruh realitas. Perjuangan mencari kejelasan itu adalah satu sifat dasar filsafat.

Sedangkan pada pokok bahasan pembagian filsafat yang telah dijelaskan panjang lebar, dengan menjelaskan beberapa pembagian yang menurut beberapa tokoh filsafat terkenal, maka dapat disimpulkan atau istilah lain pembagian filsafat pada umumnya filsafat dibagi ke dalam enam bidang studi cabang utama yaitu: epistemology, metafisika yang dibagi lagi menjadi (ontology, kosmologi, teologi metafisik, antropologi), logika etika estetika dan filsafat tentang berbagai disiplin ilmu.


DAFTAR PUSTAKA

Kattsof , Louis O, pengantar filsafat, yogyakarta: tiara wacana 2004.

Salam, Burhanuddin, pengantar filsafat Jakarta: bumi aksara 1995.

Rapar, Jon hendrik, pengantar filsafat. yogyakarta: kanisius 1996,



[1] Louis O Kattsof, pengantar filsafat (yogyakarta: tiara wacana 2004) hlm. 7

[2] Louis O Kattsof, pengantar filsafat (yogyakarta: tiara wacana 2004) hlm. 8

[3] Drs. H. Burhanuddin salam, pengantar filsafat (Jakarta: bumi aksara 1995) hlm 60

[4] Dr. Jon hendrik rapar, pengantar filsafat. (yogyakarta: kanisius 1996) hlm . 22

[5] Dr. Jon hendrik rapar, pengantar filsafat. (yogyakarta: kanisius 1996) hlm 21

[6] Louis O Kattsof, pengantar filsafat (yogyakarta: tiara wacana 2004) hlm. 10

[7] Louis O Kattsof, pengantar filsafat (yogyakarta: tiara wacana 2004) hlm. 12

[8] Drs. H. Burhanuddin salam, pengantar filsafat (Jakarta: bumi aksara 1995) hlm 60

1 komentar: